Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad)

Monday, October 23, 2023

Tafsir Ali Imran ayat 103 : “seorang yang tidak menyukai perselisihan berarti melanggar Sunnatullah” Apakah Benar ???


 بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ


Allah Ta’ala berfirman,

 

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara."(QS Ali Imran:103)

 

Penjelasan :

Ada seorang Doktor Filsafat berkata dalam ceramahnya, “seorang yang tidak menyukai perselisihan berarti melanggar Sunnatullah...”. Ucapan ini tidak benar !!! dan jika ini dipedomani oleh banyak orang maka akan dapat menjadi pemicu perpecahan dikalangan umat Islam. Memang betul Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  berdasarkan wahyu dari Allah beliau pernah bersabda,

 

إِنَّ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ اِفْتَرَقَتْ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَإِنَّ أُمَّتِيْ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَةً؛ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

 

“Sesungguhnya bani Israil berpecah-belah menjadi tujuh puluh satu, dan sesungguhnya umat ini akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua, semuanya di neraka kecuali satu, dan dia adalah jama’ah” [HR Ibnu Majah ; 3983] Dishahihkan Al-Albani Shahih Ibnu Majah 2/364

---------------------------------------------------------------------------

Note: Al-jama’ah dalam hadits tersebut adalah bermakna “bersatu karena berpegang teguh dengan kebenaran”. Inilah makna al-jama’ah dalam istilah “ahlus sunnah wal jama’ah”. Yang dimaksud dengan “kebenaran” itu adalah mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga mengikuti kesepakatan (ijma’) para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

---------------------------------------------------------------------------

Namun bukan berarti dengan sengaja kita membuat sesuatu yang dapat menimbulkan perpecahan dikalangan ummat. Ini merupakan pemahaman yang keliru. Keatuhilah bahwa perpecahan umat Islam ini merupakan takdir kauny (kehendak Allah untuk menciptakannya) bahwa pada akhir zaman umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti berpecah-belah, akan tetapi bukan berarti Allah menyukai perpecahan tersebut. Karena belum tentu apa yang Allah ciptakan Allah menyukainya melainkan hal tersebut adalah sebagi ujian bagi orang yang beriman, seperti Allah ciptakan babi, khamr, dan lain semisalnya.

Celakanya mereka yang mengumandangkan akan bolehnya perpecahan, mereka berdalil dengan hadits palsu ‘ikhtilafu umati rahmat’ (perpecahan umat ini adalah rahmat). Ketahuilah perkataan itu bukan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tetapi hadits palsu. Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ahadits Dho’ifah berkata : “Para pakar ahli hadits telah mencoba mencari sanad hadits ini akan tetapi tidak menemukannya”.

Bagaimana mungkin perpecahan menimbulkan Rahmat sedangkan kita menyaksikan dengan mata kita bahwa banyak kemadzaratan yang terjadi akibat perpecahan; permusuhan, peperangan, perceraian, pembunuhan, dan lain sebagainya.

Dan didalam Al Qur’an secara terang Allah memerintahkan kepada kita untuk bersatu diatas agama Allah yang lurus dan melarang untuk bercerai berai karena bercerai berai merupakan sifat kaum jahiliyah. Allah Ta’ala berfirman,

 

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara. (QS Ali Imran:103)

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya ,“Dia (Allah) memerintahkan mereka (umat Islam) untuk berjama’ah dan melarang perpecahan. Dan telah datang banyak hadits, yang (berisi) larangan perpecahan dan perintah persatuan. Mereka dijamin terjaga dari kesalahan manakala mereka bersepakat, sebagaimana tersebut banyak hadits tentang hal itu juga. Dikhawatirkan terjadi perpecahan dan perselisihan atas mereka. Namun hal itu telah terjadi pada umat ini, sehingga mereka berpecah menjadi 73 firqah. Diantaranya  terdapat satu firqah najiyah (yang selamat) menuju surga dan selamat dari siksa neraka. Mereka ialah orang-orang yang berada di atas apa-apa yang ada pada diri Nabi n dan para sahabat beliau.”

Al Imam Al Qurthubi juga berkata tentang tafsir ayat ini,“Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan persatuan dan melarang dari perpecahan. Karena sesungguhnya perpecahan merupakan kebinasaan dan al jama’ah (persatuan) merupakan keselamatan.” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 4/159.]

Berorganisasi tidak dilarang dalam islam, namun jangan sampai kefanatikan terhadap organisasi menjadi sebab pepecahan dan permusuhan sesama kaum muslimin. Melainkan jadikan Organisasi sebagai media untuk mensyi'arkan Islam.

Maka untuk mencapai pesatuan tersebut tidak ada cara lain kecuali dengan mengembalikan setiap permasalahan khususnya dalam hal agama yaitu kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana Allah berfirman,

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS An-Nisa’ : 59).


Disebutkan di dalam kitab Fathul Bayan ;


والرد إلى الله هو الردّ إلى كتابه العزيز، والردّ إلى الرسول: هو الردّ إلى سنته المطهرة بعد موته، وأما في حياته فالردّ إليه سؤاله

“Mengembalikan kepada Allah yaitu mengembalikan kepada kitab yang mulia (Al-qur’an), dan mengembalikan kepada Rasul maknanya mengembalikan kepada sunnah nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang suci setelah beliau wafat. Dan bertanya kepada beliau tatkala beliau masih hidup.”
(Fathul Bayan Fi Maqashidil Qur’an : 2/101 karya Imam Sidiq Hasan Khan rahimahullahu ta’ala).

Artinya jika umat Islam ingin bersatu hendaknya menjadikan Al Qur'an dan As Sunnah sebagai landasan beragama dan memahaminya sesuai ijma' para salafushalih. Wallahua'lam

 
 

0 comments:

Post a Comment