![]() |
Pelaksanaan shlat Idul Fitri 1444 H di Pon-Pes Al Zaytun |
Belakang ini telah ramai diberbagai media tentang keanehan yang terjadi di Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu Jawa Barat, mulai dari tata cara dalam melakukan ritual ibadah dan pemahaman dari pimpinan pondok pesantren tersebut. Sehingga muncul stigma yang berkembang luas di masyarakat. Dan ternyata kejadian aneh ini bukan kali pertamanya.
Dilansir dari tempo.co sejak diresmikan pada 1999 silam, pesantren yang terletak di salah satu kota kecamatan yang sepi di Indramayu, Haurgeulis itu kerap menjadi sorotan berbagai pihak. Terakhir adalah video-video pelaksanaan salat Id yang tak biasa di pesantren itu. Dalam tayangan yang kemudian viral itu, terlihat jamaah salat Idul Fitri 1444 Hijriah lelaki dan perempuan bercampur dalam satu saf. Kontan netizen dari berbagai penjuru mengomentari tayangan tersebut.
Setelah itu pun muncul berbagai pernyataan Panji Gumilang yang kontroversial seperti perempuan bisa menjadi khatib salat Jumat di Al Zaytun, serta Al Quran bukan kalam Allah, tapi kalam Rasulullah. Panji juga sempat berucap bahwa Allah tak mengerti bahasa Indramayu. Pernyataan ini sontak membuat gempat bangsa Indonesia khsusnya yang beragama Islam.
Jika memang benar apa yang dilakukan dan yang diucapkan oleh Pimpinan Ponpes Al Zaytun tersebut maka jelas hal itu sangat menyimpang dari syri'at Islam.
Lalu kemudian saya mencoba untuk menyimak tayangan vidio wawancara eksklusif dengan Pimpinan Pon-Pes Al Zaytun Panji Gumilng di channel Youtube Metro TV dalam program Kick Andy, vidio tersebut kurang lebih berdurasi 1 jam 31 menit 37 detik.
Dalam program tersebut, wartawan senior Andy Flores Noya, meminta komentar Panji Gumilang (PG) tentang stigma yang berkembang di masyarakat bahwa Ma'had Al Zaytun mengajarkan aliran sesat. Khususnya terkait vidio yang viral dimana ada seorang perempuan berada ditengah-tengah shaf para pria dalam sholat idul fitri baru-baru ini.
PG memaparkan terkait soal pelaksanaan sholat Id di Ma'had Al Zaytun yang terdapat wanita di barisan depan atau pada shaf jamaah laki-laki, menurut PG, dirinya mengedepankan fiqih sosial mengangkat harkat martabat wanita.
"Kemudian kalau hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan sholat kemudian ada wanita, saya mengedepankan fiqih sosial mengangkat harkat martabat wanita yang selama ini terpinggirkan, baru dimulai dalam politik. Itupun baru 30 persen. Sedangkan pemahaman yang saya punya berdasarkan Alquran sama. Innal muslimina, wal muslimat, wal mu'minina wal muminat wal qonitin wal qonitat. Tidak pernah dikesampingkan, sejajar, nah kalau soal itu saja lantas sesat menyesatkan bagaimana dunia? Itu hak asasi manusia untuk menjalankan ibadah menurut keyakinannya dasar kami Alquran," katanya.
Andy F Noya pun menanyakan tentang cara PG menafsirkan ayat yang berbeda dengan kebanyakan ulama ahli tafsir.
"Jangan cari persamaan, kalau persamaan semua selesai dunia ini. Dunia berpikir itu terus berkembang. Berkembang, berkembang begitu juga kita memahami Alquran bukan menafsir, memahami. Itu anggapan yang tidak sama dengan anggapan kita, oke-oke saja wong saya juga tidak menyalahkan orang itu. Inilah kebebasan beragama. Siapapun tidak boleh memberikan stigma," katanya.
Dari penjelasan nya (PG) diawal tadi, saya menangkap bahwa adanya penyimpangan pada PG dalam memahami Islam.
Perlu kita ketahui, Agama Islam merupakan agama yang sempurna. Kesempurnaan Islam secara jelas Allah sampaikan dalam firmannya,
ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا
"...,Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu."(QS. Al Maidah : 3)
Dan sesuatu yang diklaim sempurna akan hilang sifat kesempurnaan nya jika ditambahi sesuatu, atau dikurangi bagiannya. Misal; manusia menjadi sempurna dengan memiliki dua mata, maka akan hilang kesempurnaannya jika ditambahi satu mata sehingga menjadi tiga, atau dua mata dikurangi satu sehingga hanya memiliki satu mata. Demikian pula Islam adalah agama yang sempurna sehingga tidak bisa ditambahi oleh sesuatu apapun, atau dikurangi bagiannya.
Oleh karenanya saya sampaikan didalam buku saya Bimbingan Belajar Islam pada Bab I halaman 20 bahwa; dalam beragama kita cukup copy paste tidak boleh diedit atau ditambah dan tidak boleh didelete atau dihapus. Beribadah mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta diikuti oleh para Sahabatnya, beraqidah dan beribadah dengan berpedoman kepada Al Qur’an dan As Sunnah (Hadits) yang shahih sesuai pemahaman para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Jika ada seorang mengaku beraga Islam namun aqidahnya tidak dibangun diatas Quran dan Hadits yang shahih, dan dalam dia melakukan ibadah tidak sesuai tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka orang tersebut telah melakukan amalan Bid'ah.
Apa itu bid'ah ? dikutib dari laman muslim.or.id pengertian bid'ah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah,
وَالْبِدْعَةُ : مَا خَالَفَتْ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ أَوْ إجْمَاعَ سَلَفِ الْأُمَّةِ مِنْ الِاعْتِقَادَاتِ وَالْعِبَادَاتِ
“Bid’ah adalah i’tiqod (keyakinan) dan ibadah yang menyelishi Al Kitab (Al Qur'an) dan As Sunnah atau ijma’ (kesepakatan) salaf (Sahabat, Tabi'in dan Tabiut tabi'in).”
simpelnya, berkeyakinan atau melakukan suatu ibadah yang tidak ada tuntunan dalam dalil maka dia telah melakkukan bid'ah. dan bid'ah merupakan kesesatan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Sedangkan apa yang diterapkan oleh PG dalam sholat Id itu menyalahi aturan baku dalam syari'at dimana shaf sholat pria dan wanita harus terpisah tidak boleh jadi satu apa lagi sampai bercampur baur. Terkait hal ini Rasullullah telah menjelaskan dalam haditsnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ صُفُوفِ الِرجَالِ أَوِّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوفِ النِسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah yang terakhir. Sebaik-baik shaf wanita adalah yang terakhir dan seburuk-buruknya adalah yang pertama.” (HR. Muslim no.440).
Oleh karena itu, dalam menyusun shaf wanita ketika berjama’ah bersama laki-laki dimulai dari belakang, bukan dari depan. Maka meletakkan wanita dalam shaf shalat Pria adalah Bid'ah munkarat (perkara baru yang mungkar).
Dan ternyata pimpinan Al Zaytun tersebut tidak menggunakan fiqih ijma' para ulama akan tetapi yang ia gunakan adalah fiqih sosial, ini jelas menyimpang. Dan lebih bahyanya lagi dalam memahami Qur'an dan Hadits ia tidak menggunakan pemahaman para Salaf (Sahabat, Tabi'in dan Tabiut tabi'in). Padalah memahami Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman salaf adalah sebuah keniscayaan, karena merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman,
وَٱتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ
"dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku" (QS. Luqman : 15)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan komentar terkait ayat tersebut, "Sahabat Nabi adalh orang yang kembali kepada Allah maka wajib mengikuti jalanya."
Bahkan Allah mengancam bagi mereka yang tidak mau mengikuti pemahaman mereka (Sahabat Nabi) dengan Neraka jahannam. Allah berfirman,
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin (Sahabat), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa : 115)
Dan benar apa yang difirmankan oleh Allah dalam QS. An-Nisa : 115 diatas, PG merasa leluasa dengan kesesatannya namun dia tidak merasa dirinya sesat. Itu tegasnya ketika diwawancarai pada menit ke 10 : 20 detik, "bagaimana sesat, wong saya ini takut sesat" ujarnya.
Memang pelaku bid'ah tidak sadar akan kesesatannya, karena dia merasa bahwa apa yang ia lakukan itu baik dan baik. Sebagaimana Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan-nya,
رأى سعيد بن المسيب رجلا يصلي بعد طلوع الفجر أكثر من ركعتين يكثر فيها الركوع والسجود فنهاه. فقال: يا أبا محمد! أيعذبني الله على الصلاة؟! قال: لا ولكن يعذبك على خلاف السنة
“Sa’id bin al Musayyab melihat seorang yang shalat setelah terbit fajar lebih dari dua raka’at, yang ia memperpanjang rukuk dan sujudnya. Lalu Sa’id bin al Musayyab melarangnya.
Maka orang tadi berkata: Wahai Abu Muhammad, apakah Allah akan mengazab saya gara-gara saya shalat?
Sa’id bin al Musayyab menjawab: bukan demikian, namun Allah akan mengazabmu karena menyelisihi sunnah (syari'at)”
Dan Sufyan ats Tsauri rahimahullah pun pernah berkata,
البدعة أحب إلى إبليس من المعصية المعصية يتاب منها والبدعة لا يتاب منها
“Bid’ah itu lebih disukai Iblis dibandingkan dengan maksiat biasa. Karena pelaku maksiat itu lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid’ah itu sulit bertaubat” (Diriwayatkan oleh Ibnu Ja’d dalam Musnadnya no 1809 dan Ibnul Jauzi dalam Talbis Iblis hal 22). mengapa pelaku bid'ah sulit bertaubat ? karena dia tidak merasa salah dan dia menganggap bahwa apa yang ia perbuat benar.
Namun hikmah dari kejadian di Al Zaytun ummat Islam mulai tergugah akan bahaya bid'ah. Bahwa jika bid'ah dibiarkan dia akan terus berkembang menjadi virus yang merusak syari'at. Akan banyak modifikasi dalam ibadah yang mna tidak sesuai dengan tuntunan syari'at.
Inilah alasan mengapa salafiy (Ahlussunnah) gencar mengajak umat islam untuk bertauhid dan Ittiba, serta menjauhi syirik dan bid'ah. Inilah amar ma'ruf nahi mungkar yang paling utama. Karna syirik dan bid'ah dapat merusak dua persaksian (Asyhadu an laa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah). Wallahua'lam
0 comments:
Post a Comment